Friday, 20 November 2015

GURU KU

by Nur Habibah (student of Al-Adzkar Modern Islamic Boarding School, 7th grade)


Pahlawanku…
Begitu banyak yang telah kau berikan untuk ku
Hingga jari kecil ku tak bisa menghitungnya
Satu tetes keringat yang keluar dari tubuhmu
Menjadi seribu semangat untuk ku
Satu kalimat yang terucap dari mulutmu
Bagaikan matahari yang menerangi dunia
Senyum dan candamu, membuat seisi kelas tertawa bahagia

Oh guruku…
Berapa langkah kaki yang kau pijak,
Untuk sampai di sebuah ruangan yang sederhana
Berapa banyak kesabaran yang kau beri,
Hanya untuk mencerdaskan anak bangsa
Berapa banyak suara yang kau keluarkan,
Hanya karena kau ingin muridmu mengerti, apa yang telah kau beri
Berapa kali kau tersenyum untuk ku, dikala kau melihatku?
Jawaban dari semua itu adalah:
Banyak, sangat banyak, hingga tak terhitung.

Pahlawanku, maafkanlah aku…
Yang telah membuatmu lelah dan kecewa
Yang tak acuh padamu, yang asyik mengobrol sendiri hingga kau terlupakan.

Tapi…
Aku tak akan pernah lupa akan perjuanganmu

Terima kasih guruku…
Kau adalah pahlawan tanpa tanda jasa
Kau telah mencerdaskan anak bangsa
Kau relakan tubuhmu untuk mendidik anak bangsa
Sekali lagi,
Aku berterima kasih banyak atas segalanya, wahai guruku…

© 15 November 2015


Monday, 6 April 2015

Survival Persistence

"Siaga-Setia-Bakti"
Ini menjadi kado terindah yang Alloh Ta'ala berikan untukku pada hari ulang tahunku yang ke-36, pada 4 April lalu.


Hari itu, Kamis 2 April, pk 22:00 WIB aku berangkat ke titik kumpul pemberangkatan untuk mengikuti sebuah acara rutin tahunan dari tanggal 3-5 April 2015 (jumat s.d. Ahad) aku berkesempatan mengikuti acara tahunan yang diadakan oleh sebuah lembaga dimana aku bernaung didalamnya.
Tapi kali ini, dengan konsep yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya - yang menggembleng daya tahan dan kekuatan fisik - kali ini dengan bertahan hidup selama lebih dari 48 jam di gunung (alam terbuka) yang hanya menyediakan bahan-bahan mentah berupa tumbuhan dan hewan yang beberapa diantaranya dapat dimakan dengan aman, pun dengan minuman yang harus mengambil dari sumber mata air yang tersedia disana.
Tidak ada makanan siap saji, snack, ataupun perbekalan yang boleh kami bawa, walaupun untuk sekedar minuman dengan air yang telah matang.

Malam itu, masih dengan suasana yang selalu siap siaga (kondisi siap menerima perintah dan pekerjaan) kami dibangunkan untuk mulai mendaki gunung dan menuju titik pemberhentian pertama / POS 1.
Disana kami harus melakukan survival dengan segera membangun bivak untuk tempat istirahat, melakukan aktivitas dzikir / membaca qur'an, membuat perapian, membuat catatan perjalan dan tentu saja mencari makanan dan minuman.
Hari itu, Sabtu pk 5 pagi aku selesai membuat bivak sederhana di tempat yang sudah ditentukan untukku, dengan sedikit usaha agar aku bisa merebahkan diri yang letih ini diantara semak-semak dan pepohonan liar.

Di atas matras yang kupakai untuk rebahan, aku memandang langit yang begitu Indah, walau sedikit mendung tertutup awan tipis yang menyelimuti cahaya bulan purnama, namun masih dapat kulihat beberapa bintang di langit itu.
Aku selalu bergetar memandang ke arah langit, betapa dahsyat ciptaan Alloh ini. Ia mampu berdiri tegak tanpa tiang dan berlapis-lapis. Sungguh sebuah ciptaan yang luar biasa yang mampu menaungi alam semesta raya ini.

Setelah sholat shubuh, sekita pk 5:30 WIB, aku kembali teringat, bahwa hari ini adalah hari ulang tahunku... 

(bersambung)